From 66ae011aa2cb17bed8936e93a1e80afccd5f3b2c Mon Sep 17 00:00:00 2001 From: 202310715093 MUHAMMAD SHADDAM MAGHANY SURYASAPUTRA <202310715093@mhs.ubharajaya.ac.id> Date: Fri, 21 Nov 2025 21:40:52 +0700 Subject: [PATCH] Update README.md --- README.md | 90 +++++++++++++++++++++++++++---------------------------- 1 file changed, 45 insertions(+), 45 deletions(-) diff --git a/README.md b/README.md index ae0a24d..e769b99 100644 --- a/README.md +++ b/README.md @@ -5,11 +5,11 @@ Anggota: 3. Muhammad Shaddam Maghany Suryasaputra (202310715093)
1. Menentukan dataset nasional yang terdapat pada https://data.go.id/
-2. Tentukan algoritma (klasifikasi, regresi atau klastering) yang paling cocok
-3. Lakukan evaluasi model
-Lakukan cross validation
-Laporan diletakkan di gitlab
+ 1. Menentukan dataset nasional yang terdapat pada https://data.go.id/ + 2. Tentukan algoritma (klasifikasi, regresi atau klastering) yang paling cocok + 3. Lakukan evaluasi model + 4. Lakukan cross validation + 5. Laporan diletakkan di gitlabSumber: https://data.go.id/dataset/dataset/jumlah-pendidik-sma-sma-ma-sederajat-2024
@@ -25,16 +25,16 @@ Anggota:Algoritma yang paling cocok untuk mengolah dataset ini adalah Clustering Algoritma yang disarankan:
-1. K-Means Clustering
-2. Hierarchical Clustering
-3. DBSCAN
+ 1. K-Means Clustering + 2. Hierarchical Clustering + 3. DBSCANAlasan Dataset jumlah pendidik per wilayah sangat cocok untuk clustering karena:
-1. Mengelompokkan wilayah berdasarkan kesamaan jumlah pendidik
-2. Mengidentifikasi pola distribusi pendidik (wilayah surplus vs kekurangan)
-3. Menemukan cluster wilayah dengan karakteristik serupa
-4. Membantu pemerintah dalam perencanaan distribusi guru
+ 1. Mengelompokkan wilayah berdasarkan kesamaan jumlah pendidik + 2. Mengidentifikasi pola distribusi pendidik (wilayah surplus vs kekurangan) + 3. Menemukan cluster wilayah dengan karakteristik serupa + 4. Membantu pemerintah dalam perencanaan distribusi guruPada penelitian ini data dianalisis dengan metode analisis clusterya itu K-Means Clustering yang mana termasuk dalam metode non hirarki. K-Means menggunakan pendekatan yang berbeda dengan metode lain seperti Fuzzy C-Means, Agglomerative Hierarchical Clustering, dan K-Medoids. K-Means hanya memungkinkan suatu data menjadi bagian dari satu cluster, sedangkan metode lain seperti Fuzzy C-Means memungkinkan suatu data tidak hanya menjadi bagian dari satu cluster saja.
@@ -43,18 +43,18 @@ Anggota:Cara Kerja K-Means:
-1. Menentukan jumlah cluster (k).
-2. Inisialisasi centroid secara acak.
-3. Menghitung jarak setiap data terhadap centroid.
-4. Menempatkan data ke cluster terdekat.
-5. Memperbarui posisi centroid berdasarkan rata-rata data pada cluster.
-6. Mengulangi proses hingga centroid stabil (konvergen).
+ 1. Menentukan jumlah cluster (k). + 2. Inisialisasi centroid secara acak. + 3. Menghitung jarak setiap data terhadap centroid. + 4. Menempatkan data ke cluster terdekat. + 5. Memperbarui posisi centroid berdasarkan rata-rata data pada cluster. + 6. Mengulangi proses hingga centroid stabil (konvergen).Tujuan K-Means
-
1. Meminimalkan jarak antar data dalam satu cluster.
-2. Memaksimalkan perbedaan antar cluster.
-3. Menghasilkan pengelompokan wilayah yang mencerminkan kesamaan jumlah pendidik.
+ 1. Meminimalkan jarak antar data dalam satu cluster. + 2. Memaksimalkan perbedaan antar cluster. + 3. Menghasilkan pengelompokan wilayah yang mencerminkan kesamaan jumlah pendidik.Dataset yang digunakan terdiri dari 24 wilayah provinsi di Indonesia, dengan tiga variabel utama:
-1. Jumlah Pendidik SMA/Sederajat
-2. Jumlah Sekolah SMA/Sederajat
-3. Rasio Guru per Sekolah
+ 1. Jumlah Pendidik SMA/Sederajat + 2. Jumlah Sekolah SMA/Sederajat + 3. Rasio Guru per Sekolah Berdasarkan eksplorasi awal: -1. Tidak terdapat data yang hilang (missing value).
-2. Nilai rata-rata jumlah pendidik adalah 7.937, dengan standar deviasi 6.573, menunjukkan adanya variasi besar antar wilayah.
-3. Rasio guru per sekolah memiliki nilai minimum 20 dan maksimum 33,3, dengan rata-rata sekitar 24,7. Secara umum, terdapat perbedaan signifikan antara wilayah-wilayah yang memiliki jumlah pendidik dan sekolah besar (seperti Jawa Barat dan Jawa Timur) dengan wilayah yang memiliki kapasitas lebih kecil (seperti Papua Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara).
+ 1. Tidak terdapat data yang hilang (missing value). + 2. Nilai rata-rata jumlah pendidik adalah 7.937, dengan standar deviasi 6.573, menunjukkan adanya variasi besar antar wilayah. + 3. Rasio guru per sekolah memiliki nilai minimum 20 dan maksimum 33,3, dengan rata-rata sekitar 24,7. Secara umum, terdapat perbedaan signifikan antara wilayah-wilayah yang memiliki jumlah pendidik dan sekolah besar (seperti Jawa Barat dan Jawa Timur) dengan wilayah yang memiliki kapasitas lebih kecil (seperti Papua Barat, Gorontalo, dan Maluku Utara).B. PERSIAPAN DATA
Clustering dilakukan menggunakan dua fitur utama: -1. Jumlah pendidik
-2. Jumlah sekolah Sebelum proses clustering, data dinormalisasi menggunakan StandardScaler, sehingga setiap fitur berada dalam skala yang sama. Hal ini penting agar variabel dengan nilai besar (jumlah pendidik) tidak mendominasi proses pengelompokan.
+ 1. Jumlah pendidik + 2. Jumlah sekolah Sebelum proses clustering, data dinormalisasi menggunakan StandardScaler, sehingga setiap fitur berada dalam skala yang sama. Hal ini penting agar variabel dengan nilai besar (jumlah pendidik) tidak mendominasi proses pengelompokan. C. PENENTUAN JUMLAH CLUSTER OPTIMAL Metode evaluasi yang digunakan: -1. Elbow Method (Inertia) Nilai inertia terus menurun seiring bertambahnya jumlah cluster. Titik siku (elbow) terlihat pada K = 3, yang menunjukkan penurunan inertia tidak lagi signifikan setelah titik tersebut.
-2. ilhouette Score Silhouette Score tertinggi berada pada: a. K = 2 : 0.731 b. K = 3 : 0.595 Meskipun K=2 memiliki nilai lebih tinggi, namun K=3 dipilih karena menghasilkan segmentasi yang lebih baik secara interpretasi kebijakan (rendah, sedang, tinggi) dan masih dalam kategori skor baik (>0.5). Sehingga jumlah cluster optimal ditetapkan sebagai K = 3.
+ 1. Elbow Method (Inertia) Nilai inertia terus menurun seiring bertambahnya jumlah cluster. Titik siku (elbow) terlihat pada K = 3, yang menunjukkan penurunan inertia tidak lagi signifikan setelah titik tersebut. + 2. ilhouette Score Silhouette Score tertinggi berada pada: a. K = 2 : 0.731 b. K = 3 : 0.595 Meskipun K=2 memiliki nilai lebih tinggi, namun K=3 dipilih karena menghasilkan segmentasi yang lebih baik secara interpretasi kebijakan (rendah, sedang, tinggi) dan masih dalam kategori skor baik (>0.5). Sehingga jumlah cluster optimal ditetapkan sebagai K = 3. D. IMPLEMENTASI K-MEANS CLUSTERING Proses K-Means dilakukan dengan K = 3, menghasilkan: -1. Inertia : 3.68
-2. Silhouette Score : 0.595 (kategori baik)
-3. Davies-Bouldin Index : 0.464 (semakin kecil semakin baik), Ini menunjukkan model clustering stabil dan cukup baik dalam memisahkan data.
+ 1. Inertia : 3.68 + 2. Silhouette Score : 0.595 (kategori baik) + 3. Davies-Bouldin Index : 0.464 (semakin kecil semakin baik), Ini menunjukkan model clustering stabil dan cukup baik dalam memisahkan data. E. HASIL PENGELOMPOKKAN Berdasarkan perhitungan rata-rata jumlah pendidik per cluster, tiga kategori ditetapkan: -1. Cluster 0: Kepadatan Rendah
-2. Cluster 1: Kepadatan Tinggi
-3. Cluster 2: Kepadatan Sedang
+ 1. Cluster 0: Kepadatan Rendah + 2. Cluster 1: Kepadatan Tinggi + 3. Cluster 2: Kepadatan Sedang F. INTERPRETASI PER CLUSTER -1. Cluster Kepadatan Rendah Berisi 14 wilayah, seperti: Papua, Kalimantan Timur, Maluku, NTB, Gorontalo, dll. Memiliki nilai pendidik dan sekolah paling rendah. Rasio guru per sekolah: 22,31, di bawah standar ideal (25–30). ➡ Rekomendasi: Perlu penambahan guru dan pemerataan distribusi pendidik.
+ 1. Cluster Kepadatan Rendah Berisi 14 wilayah, seperti: Papua, Kalimantan Timur, Maluku, NTB, Gorontalo, dll. Memiliki nilai pendidik dan sekolah paling rendah. Rasio guru per sekolah: 22,31, di bawah standar ideal (25–30). ➡ Rekomendasi: Perlu penambahan guru dan pemerataan distribusi pendidik. -2. Cluster Kepadatan Sedang Terdiri dari 7 wilayah: DKI Jakarta, Sumatera Utara, Banten, Lampung, Aceh, dan lainnya. Memiliki karakteristik jumlah pendidik dan sekolah menengah. Rasio guru per sekolah: 27,88, dalam kategori ideal. ➡ Rekomendasi: Tidak memerlukan intervensi besar; cukup menjaga stabilitas distribusi guru.
+ 2. Cluster Kepadatan Sedang Terdiri dari 7 wilayah: DKI Jakarta, Sumatera Utara, Banten, Lampung, Aceh, dan lainnya. Memiliki karakteristik jumlah pendidik dan sekolah menengah. Rasio guru per sekolah: 27,88, dalam kategori ideal. ➡ Rekomendasi: Tidak memerlukan intervensi besar; cukup menjaga stabilitas distribusi guru. -3. Cluster Kepadatan Tinggi Berisi 3 wilayah utama: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Memiliki jumlah pendidik dan sekolah tertinggi di Indonesia. Rasio guru per sekolah: 28,28, masih dalam batas ideal. ➡ Rekomendasi: Tidak membutuhkan penambahan guru; fokus pada efisiensi dan pemerataan internal.
+ 3. Cluster Kepadatan Tinggi Berisi 3 wilayah utama: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Memiliki jumlah pendidik dan sekolah tertinggi di Indonesia. Rasio guru per sekolah: 28,28, masih dalam batas ideal. ➡ Rekomendasi: Tidak membutuhkan penambahan guru; fokus pada efisiensi dan pemerataan internal.1. Mengelompokkan provinsi berdasarkan jumlah pendidik
-2. Menentukan kategori kepadatan pendidik (rendah/sedang/tinggi)
+ 1. Mengelompokkan provinsi berdasarkan jumlah pendidik + 2. Menentukan kategori kepadatan pendidik (rendah/sedang/tinggi)Berdasarkan analisis clustering menggunakan algoritma K-Means terhadap data jumlah pendidik dan jumlah sekolah SMA/Sederajat di Indonesia tahun 2023, diperoleh beberapa kesimpulan utama sebagai berikut: Data berhasil dikelompokkan menjadi tiga cluster utama, yaitu: a. Cluster Kepadatan Rendah b. Cluster Kepadatan Sedang c. Cluster Kepadatan Tinggi
-1. Cluster Kepadatan Rendah berisi sebagian besar wilayah (14 provinsi) dengan jumlah pendidik dan sekolah yang relatif kecil. Cluster ini memiliki rasio guru per sekolah terendah, sehingga wilayah dalam cluster ini berpotensi mengalami kekurangan pendidik dan memerlukan prioritas intervensi.
+ 1. Cluster Kepadatan Rendah berisi sebagian besar wilayah (14 provinsi) dengan jumlah pendidik dan sekolah yang relatif kecil. Cluster ini memiliki rasio guru per sekolah terendah, sehingga wilayah dalam cluster ini berpotensi mengalami kekurangan pendidik dan memerlukan prioritas intervensi. -2. Cluster Kepadatan Sedang terdiri dari 7 provinsi dengan jumlah pendidik dan sekolah pada kategori menengah. Rasio guru per sekolah berada dalam kisaran ideal sehingga wilayah ini berada pada kondisi relatif stabil.
+ 2. Cluster Kepadatan Sedang terdiri dari 7 provinsi dengan jumlah pendidik dan sekolah pada kategori menengah. Rasio guru per sekolah berada dalam kisaran ideal sehingga wilayah ini berada pada kondisi relatif stabil. -3. Cluster Kepadatan Tinggi berisi 3 provinsi besar (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) yang memiliki jumlah pendidik dan sekolah paling tinggi di Indonesia. Rasio guru per sekolah tetap berada pada rentang ideal, sehingga wilayah ini tidak membutuhkan penambahan pendidik, hanya optimalisasi pemerataan internal.
+ 3. Cluster Kepadatan Tinggi berisi 3 provinsi besar (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur) yang memiliki jumlah pendidik dan sekolah paling tinggi di Indonesia. Rasio guru per sekolah tetap berada pada rentang ideal, sehingga wilayah ini tidak membutuhkan penambahan pendidik, hanya optimalisasi pemerataan internal. Hasil clustering menunjukkan adanya ketimpangan distribusi pendidik antar wilayah, dengan beberapa provinsi memiliki jumlah pendidik yang jauh lebih rendah dibanding provinsi lainnya. Secara keseluruhan, algoritma K-Means mampu memberikan segmentasi wilayah yang jelas dan bermakna, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam perencanaan kebutuhan pendidik, pemerataan guru, dan penguatan kualitas pendidikan pada tingkat nasional. \ No newline at end of file